Cinta sebuah hal berjuta makna yang di berikan
untuk kita dari tuhan. Sebagai anugrah yang harus di syukuri dan di nikmati.
Lingkungan
sebuah hal yang selalu kita tempati, slaulu kita pijaki, slalu kita rasakan.
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang nyaman. likungan yang dapat membuat
kita tersenyum merasakan kebahagian. Saat kita membuka mata disana terdapat
fatamorgana alam yang mempesona.
Alam
adalah tempat tinggal kita namun dalam bahasa yang lebih universal. Ya
universal karana alam mencakup seluruh makhluk hidup. Berkesinambungan satu
sama lain.
Kita
sebagai makhluk hidup di haruskan untuk hidup berkesinambungan. Saling berbagi.
Saling mengasihi Saling menyayangi dan saling mencintai. Nah !
Keseharusan untuk hidup bersama membuat kita
menjadi lebih istimewa. Ya istimewa.
Namun
sayang. Perkataan memang tak bisa di ungkap dengan mudah seperti memejamkan
mata lalu membukanya kembali. Right ?. ya banyak yang pandai berkata – kata namun
itu semua tidak bisa di ungkap kan lewat. Action ya action.
Seperti layaknya bulan yang selau
mempesona namun tak mungkin di miliki. Layaknya bintang yang selalu tersenyum
namun tak pernah menghampiri. Dan pelangi yang selalu datang belakangan. Mereka
hanya hal – hal yang hanya memberi harapan dan takkana nyata. Ilusi. Mereka
hanya ilusi. Seperti orang – orang yang bersorak mengumbar himbawan namun tampa
aksi. Ya seorang perkata tanpa aksi.
Kini
telah banyak korban. Banyak becana. Banyak derita. Banyak cerita. Tentang kita
dan alam. Mungkin kita terlalu angkuh merasa mepunyai value lebih, dan dengan
gampang mengobrak ngabrik mereka dengan value rendah.
Ya memang alam tidak mampu berkata – kata.
Tidak mampu bercerita tidak mampu bernyanyi ataupun tertawa seperti kita.
Mereka memang di sebut makhluk tanpa kata. Dan tanpa nada. Namu bukan berarti
mereka tidak hidup. Mereka sama seperti kita, sama - sama bisa merasakan.
Oleh sebab itu mereka murka ketika kita mulai
berlebihan mengekpose mereka. Saat tanpa sadar melukai mereka, tanpa sadar
menghinati mereka. Dan tanpa sadar menyakiti mereka.
Saat
– saat seperti itu biasanya akan ada tangis. Jerit. Rintih. Doa. Ya kita akan
sadar ketika sudah dapat sinyal alamiah. Seperti tadi. Saat alam mengetarkan
dirinya. Saat alam menghempaskan air matanya. Saat alam mulai teseseaki ketika
kita mulai menoreh kan luka di lubuk hatinya.
Senandainya
dia bisa berkata, mungkin dia akan menghinakan manusia yang merusak tubuhnya.
Aku tlah memberimu tempat tinggal sobat. Aku berikan pundak ku saat kau butuh
kawan. Dan aku rela kau injak demi keberlangsungan hidup mu. Namun apa yang aku
terima kau lupakan jasaku. Kau hancurkan
aku perlahan. Apa sekarang kita bermusuhan. Tunggu. Aku benci kata itu. Kata
tanpa belas kasih. Ya permusuhan aku benci itu. Aku tak ingin menyakitimu
kanwan. Dan aku pun tak ingin kau sakiti.
Sebaiknya
kita bisa hidup berkesinambungan. Bisa saling berbagi bisa saling mengasihi.
Jangan pancing amarah ku, jangan kau beri aku duka. Aku ingin kita bersama
bersahabat seperti dulu. seperti aku masih hijau. Masih di tumbuhi banyak
pepohonan, dengan nafasku yang masih segar. Dan tak seperti sekarang. Hijau ku
pudar. Tinggal hitamku. Nafas kupun terengah entah apa yang membuat ku begini. Apa aku sudah tua.
Mungkin.
Yang kau maksud moderenisai itu seharusnya
pikirkan aku. Kau buat alat yang tak bersahabat dengan ku. Itu melukai ku
sobat. Aku sakit saat itu, mungkin sampai sekarang.
Aku
berusah tuk tetap menjagamu walaupun aku tesakiti oleh sikap mu. Kemana hatimu
kawan. Aku sama sepertimu. Akupun bisa merasakan sakit.
Suatu
saat, saat kesabaran ku sudah habis. Dan rasa muak ku datang. Aku memberimu
peringatan ini berlebihan. Dan di situ aku mulai iba kepadamu. Aku pun
terhanyut bersama duka mu. Ingin ku tak melakukan ini. Tapi maaf. Aku tak bisa.
Tak bisa kau terus sakiti. Aku terlalu sering menahan perih. Ada saat nya aku
menegurmu kawan. Namun aku takan menggangapmun musuh.
Cobalah
mengerti aku. Aku slau mencoba mengertimu kawan. Kita di ciptakan tuhan untuk
saling berbagi. Saling mengasihi. Dan bukan saling menghancurkan.
Posting Komentar